BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa
janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan
hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang
diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya
tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang
menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang
gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan.
Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya
(terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata
berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih
rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa
paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan
zat gizi essential lainnya.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra
Uterine Fetal Death) dapat dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan
tali pusat, pendarahan serta akibat tekanan darah tinggi ibu yang mengandung. Kematian janin dalam kandungan
dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter.
Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini
mungkin.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan IUFD?
2.
Apa etiologi
terjadinya IUFD?
3.
Apa
patofisiologi dari IUFD?
4.
Bagaimana
manisfestasi klinik dari IUFD?
5.
Bagaimana
klasifikasi IUFD?
6.
Bagaimana
faktor resiko IUFD?
7.
Bagaimana
diagnosa dan diagnosis banding IUFD?
8.
Bagaimana
penatalaksanaan IUFD?
9.
Apa saja
jenis-jenis persalinan untuk jenin mati?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi IUFD.
2.
Untuk
mengetahui etiologi terjadinya IUFD.
3.
Untuk
mengetahui patofisiologi dari IUFD.
4.
Untuk
mengetahui manisfestasi klinik dari IUFD.
5.
Untuk
mengetahui klasifikasi IUFD.
6.
Untuk
mengetahui faktor resiko IUFD.
7.
Untuk
mngetahui diagnosa dan diagnosis banding IUFD.
8.
Untuk
mengetahui penatalaksanaan IUFD.
9.
Untuk
mengetahui jenis-jenis persalinan untuk jenin mati?.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
IUFD
IUFD adalah keadaan tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari
20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum
dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan
(Sarwono, 2005) Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian
janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia
kehamilan 20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran
hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu
(atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD adalah keadaan
tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam
kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD). Kematian janin dapat
terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah
mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20
minggu. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi
kematian dalam rahim.
B. Etiologi IUFD
Penyebab IUFD antara lain:
1.
Faktor
plasenta
a.
Insufisiensi
plasenta
b.
Infark
plasenta
c.
Solusio
plasenta
d.
Plasenta
previa
2.
Faktor ibu
a.
Diabetes
mellitus
b.
Preeklampsi
dan eklampsi
c.
Nefritis
kronis
d.
Polihidramnion
dan oligohidramnion
e.
Shipilis
f.
Penyakit
jantung
g.
Hipertensi
h.
Penyakit
paru atau TBC
i.
Inkompatability
rhesus
j.
AIDS
3.
Faktor
intrapartum
a.
Perdarahan
antepartum
b.
Partus lama
c.
Anastesi
d.
Partus macet
e.
Persalinan
presipitatus
f.
Persalinan
sungsang
g.
Obat-obatan
4.
Faktor janin
a.
Prematuritas
b.
Postmaturitas
c.
Kelainan
bawaan
d.
Perdarahan
otak
5.
Faktor tali
pusat
a.
Prolapsus
tali pusat
b.
Lilitan tali
pusat
c.
Vassa
praevia
d.
Tali pusat
pendek
Kecuali itu, ada berbagai penyebab yang bisa
mengakibatkan kematian janin di kandungan, diantaranya:
1.
Ketidakcocokan
rhesus darah ibu dengan janin
Akan timbul masalah bila ibu
memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga anak akan
mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan janin
mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi
janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran
klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya
cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin,
penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain).
2.
Ketidakcocokan
golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O.
"Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu
bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan,
darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak
cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
3.
Gerakan
janin berlebihan
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat
berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya
berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin
dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah
yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
4.
Berbagai
penyakit pada ibu hamil
Salah satu contohnya preeklampsia
dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi
(CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
5.
Kelainan
kromosom
Bisa disebut penyakit bawaan,
misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian janin akibat kelainan
genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi
bayi.
6.
Trauma saat
hamil
Trauma bisa mengakibatkan terjadi
solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena
kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di
plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
7.
Infeksi
materna
Ibu hamil sebaiknya menghindari
berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi
pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
8.
Kelainan
bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri,
seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.
C. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena
beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal
tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak
mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe
maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran
darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.
D. Manifestai
Klinik
1.
DJJ tidak
terdengar
2.
Uterus tidak
membesar, fundus uteri turun
3.
Pergerakan
anak tidak teraba lagi
4.
Palpasi anak
tidak jelas
5.
Reaksi
biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari
6.
Pada rongen
dapat dilihat adanya
ü tulang-tulang
tengkorak tutup menutupi
ü tulang
punggung janin sangat melengkung
ü hiperekstensi
kepala tulang leher janin
ü ada
gelembung-gelembung gas pada badan janin
ü bila janin
yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%
E. Klasifikasi
Kematian janin
dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a.
golongan
I : kematian sebelum masa kehamilan
mencapai 20 minggu penuh
b.
golongan
II : kematian sesudah ibu hamil 20-28
minggu
c.
golongan III
: kematian sesudah masa kehamilan > 28
minggu (late fetal death)
d.
golongan IV
: kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.
F. Faktor Resiko
1.
Status
sosial ekonomi rendah
2.
Tingkat
pendidikan Ibu yang rendah
3.
Usia Ibu
> 30 tahun atau < 20 tahun
4.
Partus
pertama dan partus kelima atau lebih
5.
Kehamilan
tanpa pengawasan antenatal
6.
Kehamilan
tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
7.
Riwayat
kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik.
8.
Faktor ibu
(High Risk Mothers)
a.
tinggi dan
BB ibu tidak proporsional
b.
kehamilan di
luar perkawinan
c.
ganggguan
gizi dan anemia dalam kehamilan
d.
ibu dengan
riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
e.
riwayat
inkompatibilitas darah janin dan ibu
9.
Faktor Bayi
(High Risk Infants)
a.
bayi dengan
infeksi antepartum dan kelainan congenital
b.
bayi dengan
diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c.
bayi dalam
keluarga yang mempunyai problema social
10. Faktor yang
berhubungan dengan kehamilan
a.
abrupsio
plasenta
b.
plasenta
previa
c.
pre eklamsi
/ eklamsi
d.
polihidramnion
e.
inkompatibilitas
golongan darah
f.
kehamilan
lama
g.
kehamilan
ganda
h.
infeksi
i.
diabetes
j.
genitourinaria
G. Diagnosa dan
Diagnosa Banding
1.
Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin
dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan
perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak
seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi
keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2.
Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan
janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3.
Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari
seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang
teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4.
Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral
maupun dengan dopler tidak terdengar terdengar DJJ.
5.
Reaksi
kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif
setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
6.
Rontgen Foto
Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung
dan pembuluh darah besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala
(sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu
berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti
kantong berisi benda padat.
Gejala dan tanda yang selalu ada
|
Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
|
Kemungkinan
diagnosa
|
1.
Gerakan
janin berkurang atau hilang, timbul atau menetap, perdarahan pervaginam
sesudah hamil 22 minggu
2.
Gerakan
janin dan DJJ tidak ada, perdarahan, nyeri perut hebat
3.
Gerakan
janin berkurang atau hilang DJJ
abnormal (< 100 x/menit atau > 180 x/menit)
4.
Gerakan
janin atau DJJ hilang
|
1.
Syok,
uterus tegang/kaku, gawat janin atau DJJ tidak terdengar
2.
Syok,
perut kembung/cairan bebas intra abdominal, kontraksi uterus abnormal,
abdomen nyeri, bagian-bagian janin teraba, denyut nadi Ibu cepat
3.
Cairan
ketuban bercampur mekonium
4.
Tanda-tanda
kehamilan berhenti, TFU berkurang, pembesaran uterus berkurang
|
Solusio
plasenta
Ruptur
Uteri
Gawat
janin
Kematian
janin
|
H. Penatalaksanaan
a.
Terapi
1.
Selama
menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa
bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk
meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.
Diagnosa
pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan
melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan
rujukan.
3.
Menunggu
persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996)
memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah
diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu
lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
a)
Pengakhiran
kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih
dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan:
ü Keadaan
memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
ü Dilakukan
pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, dan waktu protombin.
Tindakan:
ü Kuretasi
vakum
ü Kuretase
tajam
ü Dilatasi dan
kuretasi tajam.
b)
Pengakhiran
kehamilan jika ukuran uterus lebih dari
12 minggu sampai 20 minggu.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang
dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam
sebelumnya. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau
pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per
menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan: dilakukan kuretase bila
masih terdapat jaringan.
c)
Pengakhiran
kehamilan jika lebih dari 20 – 28
minggu.
Misoprostol 100 mg intravaginal,
yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang
laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5%
mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara
pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi cara kedua
dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi
bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
d)
Pengakhiran
kehamilan jika lebih dari 28 minggu
kehamilan.
Misoprostol 50 mg intravaginal, yang
dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan metrolisa 100
cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan
serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD). Pemberian tetes
oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak
2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya
melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun
janin untuk menyelesaikan persalinan.
b.
Periksa
ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari
ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji
ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan
penggunaan alat kontrasepsi.
I. Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4
minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka
kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar
karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah
diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan
post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara
kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban
pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2
minggu.
J. Jenis – Jenis Persalinan Untuk Janin Mati
1.
Pertolongan
persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi merupakan
tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan
untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik
kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak
kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala. Dngan kemajuan
pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik,
maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan
proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan
yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2.
Pertolongan
persalinan dengn dekapitasi
Letak lintang mempunyai dan
merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan
pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu
kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan
khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan
di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga
badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
3.
Pertolongan
persalinan dengan eviserasi
Eviserasi adalah tindakan operasi
dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume
janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang
berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya
yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan
pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu
dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4.
Pertolongan
persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi adalah memotong tulang
klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat
melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila
diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN IUFD
Hari/tanggal
pengkajian : Senin, 5 maret 2012
Jam :
08.00 WIB
Tempat : Ruang
Melati RSUD Dr. M.Yunus
Tanggal MRS : 5 Maret 2012
No. Reg
: 1206683
Nama :
Ny. “P” Nama
Suami : Tn. “Y”
Umur :
20 tahun Umur :
27 tahun
Agama :
Islam Agama : Islam
Pendidikan :
SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan :
IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat :
Bengkulu Alamat : Bengkulu
S:
1.
Ibu
mengatakan hamil 7 bulan, dan sudah 3 hari yang lalu, yaitu pada tangal 29
Februari 2012 gerakan janinnya tidak dirasakan lagi.
2.
Ibu
mengatakan haid terakhir pada 17 Agustus 2011
3.
Ibu
mengatakan terasa sakit pada perutnya, dan belum mengeluarkan cairan maupun
darah.
4.
Ibu mersakan
gerakan anak pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan.
5.
TM III: Ibu
mengatakan memeriksakan kehamilannya ke bidan 1X. Ibu mengeluh gerakan janinya
berkurang.
6.
Ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti penyakit kuning,
TBC; Menurun seperti darah tinggi, kencing manis; menahun seperti jantung dan
tidak pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksinya
seperti tumor, kanker, penyakit menular seksual seperti kencing nananh,
sifilis.
O:
1. Pemeriksaan
umum
a.
Keadaan umum : Baik
b.
Kesadaran : Composmentis
c.
TTV
·
TD : 120 / 80 mmHg
·
Nadi : 84 x / menit
·
Suhu : 36,5oC
·
RR : 20 x / menit
d.
BB sebelum
hamil : 49 Kg
BB sekarang : 55 Kg
e.
TB : 158 cm
f.
LILA : 25 cm
g.
HPHT : 17 Agustus 2011
UK : 28 minggu
TP : 24 Mei 2012
2. Pemeriksaan
Fisik
a.
Muka
Odema : Tidak ada
Cloasma : Tidak
b.
Kepala
Kebersihan : bersih, tidak ada kerontokan
Massa : Tidak ada
c.
Mata
Sklera : Anikterik
Conjungtiva : Ananemis
d.
Hidung
Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
Pembesaran polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih
e.
Mulut
Mukosa bibir : Lembab
Caries gigi : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
f.
Leher
Pembesaran vena jugularis : Tidak ada
Pebengkakan kelenjar tiroid : Tidak ada
Pebengkakan kelenjar limfe : Tidak ada
g.
Dada
Kebersihan : Bersih
Aerola : Hiperpigmentasi
Papila : Menonjol
Colostrum : -/-
h.
Abdomen
Bekas luka operasi : Tidak ada
Linea nigra : Ada
Leopold I : TFU 3 jari diatas pusat. Terba
bulat, lunak (bokong)
Leopold II : lateral kanan teraba bagian-bagian
kecil (ekstremitas) lateral kiri terba keras dan datar (punggung)
Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala) dan belum masuk
PAP
Leopold IV : Belum dilakukan
Auskultasi : DJJ tidak ditemukan
Gerakan janin : (-)
PD :
v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tebal, pembukaan belum ada, selaput
ketuban belum dapat dinilai.
i. Genetalis
Odema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
j.
Ekstremitas
Bentuk :
Simetris
Kelengkapan Jari :
Lengkap
Odema :
Tidak ada
Varises : Tidak ada
3. Pemeriksaan
Penunjang
a. Laboratorium
(tanggal 28 Oktober 2008)
Hemoglobin : 11,9 gr%
Protein urin : negatif
A:
Ny. “P” Umur 20 tahun G1P0A0
UK 28 minggu, intrauterin, janin tunggal mati, dengan IUFD
P:
1. Melakukan pendekatan
pada klien, agar pasien lebih kooperatif, dan memudahkan dalam menjalankan
tindakan dengan memperkenalkan diri, memberitahu maksud dan tujuan tindakan
yang akan dilakukan pada ibu, ibu menerima dengan baik.
2. Menjelaskan
pada ibu mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu mengetahui akan keadaannya,
yaitu bahwa janin dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan
tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu dan tidak tedengarnya DJJ
saat pemeriksaan berlangsung, ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
3. Memberitahu
pada ibu dan keluarga agar segera mengambil keputusan untuk segera melahirkan
janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan
racun / toksin ditubuh ibu, ibu dan keluarga mengerti.
4. Memberitahu
ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera
mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan dokter ahli kandungan yang
nantinya ibu akan dilakukan pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam
(tindakan induksi persalinan), ibu mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
5. Memberi
dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat
menerima keadaan yang terjadi. Memberi dukungan dan pendampingan pada ibu untuk
tetap tabah dan menyerahkan segalanya pada yang lebih berkuasa, yaitu Tuhan,
ibu mengatakan sudah dapat menerima kematian bayinya dan mengatakan ikhlas atas
hal tersebut.
6. Menganjurkan
pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara
keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian
bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali, ibu
mengerti mengenai penjelasan yang diberikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
IUFD adalah keadaan tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan.terjadi saat usia kehamilan lebih
dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya,
kematian janin terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki
8 bulan. Etiologinya: Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta, pre
eklamsi dan eklamsi, penyakit-penyakit kelainan darah, penyakit-penyakit
infeksi dan penyakit menular, penyakit-penyakit saluran kencing, penyakit
endokrin, malnutrisi dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar