Kulit mempunyai
beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu sebagai pelindung,
sensasi, komunikasi, termoregulasi, sintesis metabolik dan kosmetik. Kulit
terdiri dari tiga lapisan utama yaitu; lapisan epidermis, dermis dan hipodermis
(subkutan). Adanya suatu trauma baik itu secara mekanik, kimia, radiasi dan
lainnya akan menyebabkan struktur kulit rusak dan menimbulkan suatu keadaan
yang disebut sebagai luka. Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada
kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-sel kulit . Luka juga dapat diartikan sebagai
interupsi kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera . Luka dapat diklasifikasikan secara
umum, yaitu luka akut dan luka kronis.
Luka akut adalah luka yang sesuai dengan proses penyembuhan yang normal, yang
dapat dikategorikan menjadi luka pembedahan (insisi), non pembedahan (luka
bakar) dan atau trauma. Sedangkan luka kronis adalah suatu proses penyembuhan
luka yang mengalami keterlambatan, misalnya luka dekubitus, luka diabetik, dan
atau leg ulcer.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Luka akan sembuh
sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih
(overlap)
2. Proses
penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka
tersebut
3. Fase
penyembuhan luka :
a) Fase inflamasi
:
1.
Hari ke 0-5
2.
Respon segera setelah terjadi injuri pembekuaàn
darah untuk mencegah kehilangan darahà
3.
Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio
laesa
4.
Fase awal terjadi haemostasis
5.
Fase akhir terjadi fagositosis
6.
Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b) Fase proliferasi or
epitelisasi
1.
Hari 3 – 14
2.
Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka luka nampak merah segar,
mengkilatà
3.
Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi :
Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid
4.
Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai
dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
5.
Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi
c) Fase maturasi
atau remodelling
1) Berlangsung dari
beberapa minggu s.d 2 tahun
2) Terbentuknya kolagen
yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan
(tensile strength)
3) Terbentuk jaringan
parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnyaà
4) Terdapat pengurangan
secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang
mengalami perbaikan
Pengkajian Luka
1) Kondisi luka
a) Warna dasar
luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi :
slough (yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating
tissue (red), epithelialising (pink).
b) Lokasi ukuran dan
kedalaman luka
c) Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e) Keadaan kulit
sekitar luka : warna dan kelembaban
f) Hasil
pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2) Status nutrisi klien
: BMI, kadar albumin
3) Status vascular : Hb,
TcO2
4) Status imunitas:
terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5) Penyakit yang
mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya
6. Perencanaan
1) Pemilihan Balutan
Luka
Balutan luka (wound dressings)
secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua
dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang
dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal
untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori
perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
a. Mempercepat
fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
b. Mempercepat
angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
c. Menurunkan
resiko infeksi
d. Kejadian infeksi
ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
e. Mempercepat
pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka
untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen
tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
f. Mempercepat
terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang
diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih
dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan
digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
a.
Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang
dikeluarkan oleh luka (absorbing)
b.
Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik
dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue
removal)
c.
Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound
rehydration)
d.
Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat
penguapan
Faktor yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka
a. Status
Imunologi
b. Kadar gula
darah (impaired white cell function)
c. Hidrasi (slows
metabolism)
d. Nutritisi
e. Kadar albumin
darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
f. Suplai
oksigen dan vaskularisasi
g. Nyeri (causes vasoconstriction)
h. Corticosteroids
(depress immune function)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar