Selasa, 09 Juni 2015

Perawatan luka



     Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu sebagai pelindung, sensasi, komunikasi, termoregulasi, sintesis metabolik dan kosmetik. Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu; lapisan epidermis, dermis dan hipodermis (subkutan). Adanya suatu trauma baik itu secara mekanik, kimia, radiasi dan lainnya akan menyebabkan struktur kulit rusak dan menimbulkan suatu keadaan yang disebut sebagai luka. Luka merupakan suatu kerusakan yang abnormal pada kulit yang menghasilkan kematian dan kerusakan sel-sel kulit . Luka juga dapat diartikan sebagai interupsi kontinuitas jaringan, biasanya akibat dari suatu trauma atau cedera . Luka dapat diklasifikasikan secara umum, yaitu  luka akut dan luka kronis. Luka akut adalah luka yang sesuai dengan proses penyembuhan yang normal, yang dapat dikategorikan menjadi luka pembedahan (insisi), non pembedahan (luka bakar) dan atau trauma. Sedangkan luka kronis adalah suatu proses penyembuhan luka yang mengalami keterlambatan, misalnya luka dekubitus, luka diabetik, dan atau leg ulcer.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1.    Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa terjadi tumpang tindih (overlap)
2.    Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut
3.    Fase penyembuhan luka :
a)    Fase inflamasi :
1.      Hari ke 0-5
2.      Respon segera setelah terjadi injuri  pembekuaàn darah  untuk mencegah kehilangan darahà
3.      Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
4.      Fase awal terjadi haemostasis
5.      Fase akhir terjadi fagositosis
6.      Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi
b)   Fase proliferasi or epitelisasi
1.      Hari 3 – 14
2.      Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya pembentukan jaringan granulasi pada luka  luka nampak merah segar, mengkilatà
3.      Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and hyularonic acid
4.      Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
5.      Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

c)    Fase maturasi atau remodelling
1)   Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
2)   Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)
3)   Terbentuk jaringan parut (scar tissue)  50-80% sama kuatnya dengan jaringan sebelumnyaà
4)   Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami perbaikan
 Pengkajian Luka
1)   Kondisi luka
a)    Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna yang meliputi : slough (yellow), necrotic tissue (black), infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b)   Lokasi ukuran dan kedalaman luka
c)    Eksudat dan bau
d)   Tanda-tanda infeksi
e)    Keadaan kulit sekitar luka : warna dan kelembaban
f)    Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung
2)   Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
3)   Status vascular : Hb, TcO2
4)   Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan immunosupresan yang lain
5)   Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan vaskularisasi lainnya

6.   Perencanaan
1)   Pemilihan Balutan Luka
Balutan luka (wound dressings) secara khusus telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama hampir dua dekade ini. Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun 1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka. Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan luka dengan suasana lembab ini antara lain:
a.    Mempercepat fibrinolisis. Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
b.    Mempercepat angiogenesis. Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih cepat.
c.    Menurunkan resiko infeksi
d.   Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan kering.
e.    Mempercepat pembentukan Growth factor. Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam lingkungan yang lembab.
f.     Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif. Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
Pada dasarnya prinsip pemilihan balutan yang akan digunakan untuk membalut luka harus memenuhi kaidah-kaidah berikut ini:
a.       Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka (absorbing)
b.      Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi mikroorganisme (non viable tissue removal)
c.       Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound rehydration)
d.      Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan


Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka
a.    Status Imunologi
b.    Kadar gula darah (impaired white cell function)
c.    Hidrasi (slows metabolism)
d.   Nutritisi
e.    Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid osmotic pressure – oedema)
f.     Suplai oksigen dan vaskularisasi
g.    Nyeri (causes vasoconstriction)
h.    Corticosteroids (depress immune function)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar