Pengertian
Placenta Previa
Placenta
previa adalah penyebab yang paling umum dari perdarahan tanpa rasa sakit pada
stadium-stadium kemudian kehamilan (setelah minggu ke-20). Placenta adalah
organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan mengirim oksigen dan
nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Placenta berbentuk cakram dan pada masa
sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya (garis
tengahnya). Placenta melekat pada dinding kandungan (uterus). Placenta previa
adalah komplikasi yang berakibat dari placenta tertanam dekat pada, atau
overlying, saluran keluar dari uterus (kandungan).
Karena
placenta kaya dalam pembuluh-pembuluh darah, jika ia tertanam dekat saluran
keluar dari kandungan (mulut dari seviks), perdarahan dapat terjadi ketika
serviks (leher rahim) melebar atau meregang.
Gejala
Placenta previa
1. Gejala
yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.
Pasien
mungkin berdarah sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun; baru waktu ia
bangun, ia merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena plasenta
previa baru timbul setelah bulan ke tujuh. Hal ini disebabkan oleh: a.
Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak berbeda dari
abortus. b. Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara
plasenta dan dinding rahim. Keterangannya sebagai berikut: Setelah bulan ke-4
terjadi regangan pada dinding rahim karena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari
rahim sendiri; akibatnya istmus uteri tertarik menjadi bagian dinding korpus
uteri yang disebut segmen bawah rahim. Pada plasenta previa, tidak mungkin
terjadi tanpa pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Saat perdarahan
bergantung pada kekuatan insersi plasenta dan kekuatan tarikan pada istmus
uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his untuk menimbulkan perdarahan,
tetapi sudah jelas dalam persalinan his pembukaan menyebabkan perdarahan karena
bagian plasenta di atas atau dekat ostium akan terlepas dari dasarnya.
Perdarahan
pada plasenta previa terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya.
Perdarahan pada plasenta previa bersifat berulang-ulang karena setelah terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim. Oleh karena itu, regangan dinding
rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan
regangan bertambah lagi dan menimbulkan perdarahan baru. Darah terutama berasal
dari ibu ialah dari ruangan intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak
jika jonjot terputus atau pembuluh darah plasenta yang lebih besar terbuka.
2. Bagian
terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim
sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pinto atas panggul.
3. Pada
plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada plasenta previa lebih
sering disertai kelainan letak jika perdarahan disebabkan oleh plasenta previa
lateral dan marginal serta robekannya marginal, sedangkan plasenta letak
rendah, robekannya beberapa sentimeter dari tepi plasenta.
Juga harus
dikemukakan bahwa pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan pasca
persalinan karena:
- Kadang-kadang plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta akreta).
- Daerah perlekatan luas.
- Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme pentt tupan pembuluh darah pada insersi plasenta tidak baik.
Faktor
Resiko Placenta Previa
- Wanita lebih dari 35 tahun, 3
kali lebih berisiko.
2. Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
3. Kehamilan kembar.
4. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
5. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya. Dilaporkan, tanpa jaringan parut berisiko 0,26%. Setelah bedah sesar, bertambah berturut-turut menjadi 0,65% setelah 1 kali, 1,8% setelah 2 kali, 3% setelah 3 kali dan 10% setelah 4 kali atau lebih.
6. Adanya endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan sebelumnya.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
8. Adanya trauma selama kehamilan.
9. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.
Selain placenta previa, ada juga perdarahan akibat solusio plancentae. Terjadi bila penempelan plasenta di tempat yang normal tetapi terlepas dari dinding rahim. Penyebab terlepas bisa karena perubahan anatomis/tumor pada rahim, karena tali plasenta pendek sehingga tertarik oleh gerakan janin, atau karena daya dukung plasenta memang sudah sangat berkurang, sehingga rapuh.
Akibatnya terjadi perdarahan. Secara mudah, pada placenta previa perdarahan tidak diikuti nyeri perut. Tetapi pada solusio plasenta, perdarahan diikuti nyeri perut yang hebat.
Penanganan
Placenta Previa
- Penanganan aktif bila : a. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
- Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
- Anak mati
Perawatan
konservatif berupa :
- Istirahat.
- Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
- Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
- Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama
3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka
lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama.
Penanganan aktif berupa :
Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita
disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
- Plasenta previa marginalis
- Plasenta previa letak rendah
- Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.
Indikasi
melakukan seksio sesar :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (belum matang).
·
Plasenta Previa
·
1.
Pengertian
·
Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang letaknya
abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi sebagian atau seluruh
pembukaan jalan lahir. Manuaba (1998) mengemukakan bahwa plasenta previa adalah
plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Plasenta previa adalah
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau
seluruh osteum uteri internum (Saifuddin, 2002).
·
·
2.
Klasifikasi Plasenta Previa
·
Menurut Manuaba (1998), klasifikasi plasenta previa secara teoritis dibagi
dalam bentuk klinis, yaitu: a) Plasenta Previa Totalis, yaitu menutupi seluruh
ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm. b) Plasenta Previa Sentralis, yaitu
bila pusat plasenta bersamaan dengan kanalis servikalis. c) Plasenta Previa
Partialis, yaitu menutupi sebagian ostium uteri internum. d) Plasenta Previa
Marginalis, yaitu apabila tepi plasenta previa berada di sekitar pinggir ostium
uteri internum.
·
Menurut
Chalik (2002) klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan
plasenta melalui pembukaan jalan lahir :
·
a. Plasenta
Previa Totalis, yaitu plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum.
·
b. Plasenta
Previa Partialis, yaitu plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum.
·
c. Plasenta
Previa Marginalis, yaitu plasenta yang tepinya agak jauh letaknya dan menutupi
sebagian ostium uteri internum.
·
Menurut De
Snoo yang dikutip oleh Mochtar (1998), klasifikasi plasenta previa berdasarkan
pada pembukaan 4 – 5 cm yaitu :
·
a. Plasenta
Previa Sentralis, bila pembukaan 4 – 5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
·
b. Plasenta
Previa Lateralis, bila pada pembukaan 4 – 5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta, dibagi 3 yaitu : plasenta previa lateralis posterior bila sebagian
menutupi ostium bagian belakang, plasenta previa lateralis bila menutupi ostium
bagian depan, dan plasenta previa marginalis sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta.
·
Penentuan
macamnya plasenta previa tergantung pada besarnya pembukaan, misalnya plasenta
previa totalis pada pembukaan 4 cm mungkin akan berubah menjadi plasenta previa
parsialis pada pembukaan 8 cm, penentuan macamnya plasenta previa harus
disertai dengan keterangan mengenai besarnya pembukaan (Wiknjosastro,
2002).
·
·
3. Etiologi
·
Penyebab
secara pasti belum diketahui dengan jelas. Menurut beberapa pendapat para ahli,
penyebab plasenta previa yaitu :
·
a. Menurut
Manuaba (1998), plasenta previa merupakan implantasi di segmen bawah rahim
dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima
implantasi, endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasaan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi pada janin, dan vili korealis pada chorion leave
yang persisten.
·
b. Menurut
Mansjoer (2001), etiologi plasenta previa belum diketahui pasti tetapi
meningkat pada grademultipara, primigravida tua, bekas section sesarea, bekas
operasi, kelainan janin dan leiomioma uteri.
·
·
4. Faktor
Risiko Plasenta Previa
·
a. Faktor
predisposisi
·
Menurut Manuaba (1998), faktor – faktor yang dapat meningkatkan kejadian
plasenta previa adalah umur penderita antara lain pada umur muda < 20 tahun
dan pada umur > 35 tahun, paritas yaitu pada multipara, endometrium yang
cacat seperti : bekas operasi, bekas kuretage atau manual plasenta, perubahan
endometrium pada mioma uteri atau polip, dan pada keadaan malnutrisi karena
plasenta previa mencari tempat implantasi yang lebih subur, serta bekas
persalianan berulang dengan jarak kehamilan < 2 tahun dan kehamilan ≥ 2
tahun.
·
Menurut Mochtar (1998), faktor – faktor predisposisi plasenta previa yaitu: 1)
Umur dan paritas Pada paritas tinggi lebih sering dari paritas rendah, di
Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil.
Hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang. 2) Endometrium yang cacat Endometrium yang
hipoplastis pada kawin dan hamil muda, endometrium bekas persalinan berulang –
ulang dengan jarak yang pendek (< 2 tahun), bekas operasi, kuratage, dan
manual plasenta, dan korpus luteum bereaksi lambat, karena endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi. 3) Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil
pada umur muda.
·
b. Faktor
pendukung
·
Menurut Sheiner yang dikutip oleh Amirah Umar Abdat (2010), etiologi plasenta
previa sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa teori
dan faktor risiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya : 1)
Lapisan rahim (endometrium) memiliki kelainan seperti : fibroid atau jaringan
parut (dari previa sebelumnya, sayatan, bagian bedah Caesar atau aborsi). 2)
Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil
konsepsi. 3) Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium. Menurut
Sastrawinata (2005), plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta yang
besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes mellitus, atau
kehamilan multipel. Sebab – sebab terjadinya plasenta previa yaitu : beberapa
kali menjalani seksio sesarea, bekas dilatasi dan kuretase, serta kehamilan
ganda yang memerlukan perluasan plasenta untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin
karena endometrium kurang subur (Manuaba, 2001).
·
c. Faktor
pendorong Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan
perubahan atau atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan
dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok
berat (lebih dari 20 batang sehari) Sastrawinata,(2005).
·
·
5.
Patofisiologi Plasenta Previa
·
Menurut Chalik (2002), pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada
trisemester ketiga dan mungkin juga lebih awal, oleh karena telah mulai
terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan.
Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuknya dari jaringan maternal yaitu
bagian desidua basalis yang tumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya
istmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi
disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada tapaknya.
Demikian pula pada waktu servik mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta
yang lepas. Pada tempat laserasi itu akn terjadi perdarahan yang berasal dari
sirkulasi maternal yaitu ruang intervillus dari plasenta. Oleh sebab itu,
perdarahan pada plasenta previa betapapun pasti akan terjadi oleh karena segmen
bawah rahim senantiasa terbentuk Perdarahan antepartum akibat plasenta previa
terjadi sejak kehamilan 20 minggu saat segmen bawah uterus lebih banyak
mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawah uterus dan servik menyebabkan sinus
uterus robek karena lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan
sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan tidak dapat dihindarkan karena
ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi seperti pada
plasenta letak normal (Mansjoer, 2001).
·
·
6. Gambaran
Klinik Plasenta Previa
·
Perdarahan tanpa sebab, tanpa rasa nyeri serta berulang, darah berwarna merah
segar, perdarahan pertama biasanya tidak banyak, tetapi perdarahan berikutnya
hamper selalu lebih banyak dari sebelumnya, timbulnya penyulit pada ibu yaitu
anemia sampai syok dan pada janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian
janin dalam rahim, bagian terbawah janin belum masuk pintu atas panggul dan
atau disertai dengan kelainan letak oleh karena letak plasenta previa berada di
bawah janin (Winkjosastro, 2002).
·
·
7. Diagnosa
Plasenta Previa
·
Menurut Mochtar (1998), diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis
dan beberapa pemeriksaan sebagai berikut : a. Anamnesa plasenta previa, antara
lain : terjadinya perdarahan pada kehamilan 28 minggu berlangsung tanpa nyeri ,
dapat berulang, tanpa alasan terutama pada multigravida. b. Pada inspeksi
dijumpai, antara lain : perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal dan pada
perdarahan yang banyak ibu tampak anemis. c. Pemeriksaan Fisik Ibu, antara lain
dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaran
penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat
dijumpai tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal, tekanan darah
turun, nadi dan pernafasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta
tampak anemis. d. Pemeriksaan Khusus Kebidanan a. Pemeriksaan palpasi abdomen,
antara lain : janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur
hamil, karena letak plasenta di segmen bawah lahir, maka dapat dijumpai
kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi. b. Denyut
jantung janin bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
c. Pemeriksaan dalam, yaitu pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi
dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk
menegakkan diagnosa pasti, mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi
persalinan, hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar ostium uteri
internum.
·
·
8.
Komplikasi Plasenta Previa
·
Plasenta previa dapat menyebabkan resiko pada ibu dan janin. Menurut Manuaba
(2001), adapun komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu : a. Komplikasi pada
ibu, antara lain : perdarahan tambahan saat operasi menembus plasenta dengan
inersio di depan., infeksi karena anemia, robekan implantasi plasenta di bagian
belakang segmen bawah rahim, terjadinya ruptura uteri karena susunan jaringan
rapuh dan sulit diketahui. b. Komplikasi pada janin, antara lain : prematuritas
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi, mudah infeksi karena anemia disertai
daya tahan rendah, asfiksia intrauterine sampai dengan kematian. Menurut Chalik
(2002), ada tiga komplikasi yang bisa terjadi pada ibu dan janin antara lain :
1) Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak
plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah
berulang kali, penderita anemia dan syok. 2) Plasenta yang berimplantasi di
segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah jaringan trpoblas infasi menerobos
ke dalam miometrium bahkan ke parametrium dan menjadi sebab dari kejadian
placenta akreta dan mungkin inkerta. 3) Servik dan segmen bawah raim yangrapuh
dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai oleh
perdarahan yang banyak menyebabkan mortalitas ibu dan perinatal.
·
·
9.
Penatalaksanaan Plasenta Previa
·
Menurut Saifuddin (2001) terdapat 2 macam terapi, yaitu :
·
a. Terapi Ekspektatif
·
Kalau janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya kecil
sekali. Ekspektatif tentu hanya dapat dibenarkan kalau keadaan ibu baik dan
perdarahan sudah berhenti atau sedikit sekali. Syarat bagi terapi ini adalah
keadaan ibu masih baik (Hb-normal) dan perdarahan tidak banyak, besarnya
pembukaan, dan tingkat placenta previa.
·
b. Terapi Aktif
Kehamilan segera diakhiri sebelum terjadi perdarahan, adapun caranya: a) Cara
Vaginal Untuk mengadakan tekanan pada plasenta dan dengan demikian menutup
pembuluh – pembuluh darah yang terbuka (tamponade plasenta). b) Cara Sectio
caesarea Dengan maksud untuk mengosongkan rahim sehingga dapat mengadakan
retraksi dan menghentikan perdarahan dan juga untuk mencegah terjadinya robekan
cervik yang agak sering dengan usaha persalinan pervaginam pada placenta previa.
Menurut Winkjosastro (2002) prinsip dasar penanganan placenta previa yaitu,
setiap ibu dengan perdarahan antepartum harus segera dikirim ke rumah sakit
yang memiliki fasilitas transfusi darah dan operasi. Perdarahan yang terjadi pertama kali jarang sekali atau boleh dikatakan tidak pernah menyebabkan kematian, asal sebelumnya tidak diperiksa dalam. Biasanya masih terdapat cukup waktu untuk mengirimkan penderita ke rumah sakit, sebelum terjadi perdarahan berikutnya yang hampir selalu akan lebih banyak daripada sebelumnya, jangan sekali – kali melakukan pemeriksaan dalam keadaan siap operasi. Apabila dengan penilaian yang tenang dan jujur ternyata perdarahan yang telah berlangsung, atau yang akan berlangsung tidak akan membahayakan ibu dan janin (yang masih hidup) dan kehamilannya belum cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin belum sampai 2500 gram, dan persalinan belum mulai, dapat dibenarkan untuk menunda persalinan sampai janindapat hidup di luar kandungan lebih baik lagi (Penanganan Pasif) sebaliknya, kalau perdarahan yang telah berlangsung atau yang akan berlangsung akan membahayakan ibu dan atau janinnya, kehamilannya telah cukup 36 minggu, atau taksiran berat janin telah mencapai 2500 gram, atau persalinan telah mulai, maka penanganan pasif harus ditinggalkan, dan ditempuh penanganan aktif. Dalam hal ini pemeriksaan dalam dilakukan di meja operasi dalam keadaan siap operasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar